Siapa pun
tahu siapa Juventus. Namun memperkirakan tim ini akan jadi juara Liga Italia (Scudetto)
musim 2011/2012 hampir mustahil di awal musim. Ketika itu kandidat juara adalah
Inter Milan dan AC Milan. Ditambah dengan mulai naiknya lagi Napoli yang jadi
kuda hitam. Nama besar "Si Nyonya Tua" Juventus hanya tergambar
sebagai tim yang mungkin akan menghuni tiga-empat besar di akhir musim.
Juventus memang berantakan di musim-musim sebelumnya. Musim 2010/2011
Juventus hanya menduduki urutan ketujuh. Posisi itu tak beranjak dari musim
sebelumnya (2009/2010) yang juga berada di posisi sama. Yang membedakan
perolehan nilainya bertambah tiga poin, 55 di musim 2009/2010 dan 58 di musim
berikutnya.
Musim 2011/2012, pelatih Juventus diganti dengan mendatangkan pelatih yang
belum teruji di Seri A, Antonio Conte. Dia memang mantan pemain Juventus yang
pernah merasakan juara Liga Italia sebagai pemain di klub ini. Namun sebagai
pelatih? Tunggu dulu!
Sejumlah pengamat di Italia memberikan dua syarat kalau Juventus di bawah
Conte mau juara musim ini. Pertama, tim lawan harus bermain ekstra defensif dan
Juventus dengan keajaibannya menyerang penuh teknik dan determinasi. Yang
kedua, Conte harus menyuntikkan semangat pada para pemainnya di mana mereka
banyak yang sudah beranjak tua.
Bagi Conte, dengan komposisi tim yang ada, tak ada cara lain selain
menyuntikkan mental juara. Sejumlah pemainnya sudah pernah merasakan juara baik
selama di Juventus maupun klub lain, semisal Alessandro Del Piero yang di
usianya yang menjelang 38 tahun tapi masih dipercaya jadi kapten. Pemain ini
sudah 19 tahun bersama Juventus. Atau Andrea Pirlo yang malang melintang di
klub besar AC Milan dan Inter Milan sebelum bergabung dengan Juventus di musim
2011/2012.
Menurut Conte, tak ada yang mustahil, selama kita masih yakin bisa
memenangkan setiap pertandingan, juara pun bisa mereka raih. Maka meski
sejumlah pihak meragukan dirinya bisa membangkitkan keajaiban di Juventus dan
para pemainnya sudah dianggap tidak produktif, dengan suntikan mental "tak
pernah menyerah" itu pelan-pelan tim ini bisa bangkit.
Dengan pendekatan seperti itu, Conte berhasil membangun mental pemain
Juventus. Dari tiap latihan ke latihan Juventus makin baik. Dari permainan ke
permaian Juventus bisa mengatasi lawannya dengan baik. Bahkan tim ini bisa
bangkit dari beberapa kali pertandingan yang hampir membuatnya kalah.
"Saya belum pernah melihat Juventus bermain seperti ini sebelumnya. Cara
mereka berlatih luar biasa," ujar rekan Conte mengenai program latihan
yang dijalankan Conte.
Menjelang akhir musim peluang Juventus jadi juara masih abu-abu. Namun
catatan tak pernah kalah membuat tim ini mulai diperhitungkan. Dan akhirnya
terbukti semalam, di laga yang ke-37 musim ini dan laga yang ke-37 di Seri A
bagi kepelatihan Conte bersama Juventus, tim ini berhasil mengalahkan Cagliari
2-0. Tak pernah kalah, 22 menang, 15 kali seri. Juventus meraih nilai 81 dan
angka ini tak mungkin terkejar oleh klub lain karena pertandingan hanya
menyisakan satu pertandingan. Juventus pun jadi scudetto untuk ke-28
kalinya.
Banyak yang menyebut, keberhasilan Juventus menjadi
juara adalah suatu keajaiban. Dan orang-orang percaya, dengan tak satu pun
pemainnya masuk ke daftar 10 besar pencetak gol terbanyak Seri A, keberhasilan
Juventus benar-benar berkat tangan dingin Antonio Conte. Itulah hasil kerja
kerasnya yang ia tularkan pada timnya hingga Juventus "tak pernah
menyerah". Jadi, selama keyakinan masih ada, keajaiban bisa didatangkan
dengan kerja keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar